Atasi Kekeringan dan Karhutla, BMKG Perluas Operasi Hujan Buatan ke Kalimantan Barat & Sumatera
Jakarta — Dalam menghadapi ancaman kekeringan dan meningkatnya potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di musim kemarau 2025 ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengambil langkah cepat. Salah satunya adalah dengan memperluas cakupan teknologi modifikasi cuaca (TMC) atau yang lebih dikenal dengan istilah hujan buatan, ke wilayah Kalimantan Barat dan Sumatera.
Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya mitigasi dini terhadap dampak kekeringan ekstrem dan asap akibat karhutla yang dapat mengancam kesehatan, ekonomi, hingga aktivitas pendidikan di wilayah terdampak.
Mengapa Kalimantan Barat dan Sumatera?
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa Kalimantan Barat dan beberapa wilayah di Sumatera seperti Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan termasuk dalam zona merah rawan karhutla. Indeks kekeringan di kawasan tersebut menunjukkan level kritis dalam beberapa pekan terakhir, ditambah dengan laporan meningkatnya titik panas (hotspot) berdasarkan pantauan satelit.
“Curah hujan di bawah normal, kelembaban rendah, dan angin kencang menjadi kombinasi yang berbahaya. Oleh karena itu, hujan buatan menjadi strategi paling efektif untuk menambah kelembaban tanah dan menurunkan risiko kebakaran,” ujar Dwikorita dalam konferensi pers, Jumat (26/7).
Cara Kerja dan Proses Hujan Buatan
Teknologi modifikasi cuaca yang digunakan oleh BMKG bekerja dengan cara menyemai awan menggunakan bahan kimia khusus seperti natrium klorida (NaCl). Proses ini dilakukan melalui pesawat terbang yang menyebarkan zat tersebut ke awan-awan berpotensi hujan. Butiran garam tersebut akan merangsang pembentukan titik-titik air, hingga akhirnya mempercepat turunnya hujan di wilayah target.
Namun, tidak semua wilayah bisa dijadikan sasaran. Keberhasilan hujan buatan sangat tergantung pada kondisi awan dan kelembapan udara. Oleh karena itu, tim BMKG terus melakukan pemantauan intensif untuk memilih waktu dan lokasi paling optimal.
Kolaborasi Lintas Lembaga
Operasi hujan buatan ini tidak dilakukan BMKG sendiri. Beberapa lembaga strategis seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), TNI AU, dan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) ikut berkolaborasi dalam operasi ini.
Pesawat khusus milik TNI AU telah dikerahkan dari Lanud Halim Perdanakusuma untuk menyuplai bahan penyemaian dan menjangkau wilayah-wilayah yang ditargetkan. Operasi ini akan berlangsung selama dua hingga tiga pekan ke depan dan akan diperpanjang jika kondisi kekeringan masih berlangsung.
Dampak Positif dan Tantangan
Hujan buatan terbukti efektif menurunkan intensitas asap dan memadamkan titik api di beberapa wilayah, terutama saat karhutla besar di tahun-tahun sebelumnya. Selain membantu lingkungan, program ini juga berkontribusi besar menjaga kualitas udara dan mencegah gangguan kesehatan seperti ISPA.
Namun, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah kondisi atmosfer yang tidak selalu mendukung proses penyemaian. Selain itu, distribusi awan di musim kemarau sangat terbatas, sehingga operasi hujan buatan memerlukan presisi tinggi dalam eksekusi.
Warga Dukung, Tapi Harap Solusi Jangka Panjang
Masyarakat di wilayah terdampak seperti Kalimantan Barat menyambut baik langkah cepat pemerintah ini. Salah satu petani di Kabupaten Kubu Raya, Pak Roni (52), mengatakan bahwa sawahnya mulai mengering dalam dua bulan terakhir.
“Kalau bisa ada hujan buatan, setidaknya bisa bantu irigasi alami buat lahan. Kami sangat mendukung,” ujarnya.
Namun, para pegiat lingkungan menekankan pentingnya solusi jangka panjang. Reboisasi, pengelolaan gambut yang baik, dan pengawasan ketat terhadap pembakaran lahan ilegal harus terus ditingkatkan agar krisis tahunan ini tidak terulang.
Penutup
Dengan diperluasnya hujan buatan ke Kalimantan Barat dan Sumatera, BMKG dan pemerintah menunjukkan keseriusannya dalam menanggulangi dampak kemarau dan karhutla secara cepat dan efektif. Namun, dibutuhkan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan swasta untuk menciptakan solusi jangka panjang yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Hujan buatan mungkin bisa memberi jeda dari ancaman asap, tapi menjaga bumi tetap hijau adalah tugas kita semua.