Cegah Penyalahgunaan Makanan Bergizi Tambahan, Dedi Mulyadi Minta Guru Fokus pada Peran Pendidikan
Program Makanan Bergizi Tambahan (MBG) kembali menjadi bahan diskusi hangat setelah Dedi Mulyadi, Wakil Ketua Komisi IV DPR Republik Indonesia, menyoroti praktik konsumsi MBG oleh guru di beberapa sekolah. Dalam pernyataannya, ia menegaskan bahwa guru seharusnya tidak ikut mencicipi makanan tersebut karena seluruhnya diperuntukkan khusus bagi siswa.
Menurut Dedi, tujuan MBG sangat jelas: memastikan siswa mendapatkan tambahan asupan nutrisi agar lebih sehat dan mampu mengikuti proses belajar dengan optimal. Jika jatah itu dikonsumsi oleh pihak lain, maka program tidak lagi berjalan sesuai sasaran. “Guru sudah memiliki sumber nutrisi sendiri. MBG dibuat untuk membantu murid yang lebih membutuhkan,” jelasnya.
Untuk memperkuat pengawasan, Dedi juga mengusulkan pembentukan tim pemeriksa khusus. Tim ini akan bertugas melakukan monitoring menyeluruh, mulai dari rantai distribusi, kualitas produk, hingga pendistribusian di tingkat sekolah. Ia menilai, tanpa pengawasan serius, program rawan disalahgunakan.
Dedi tidak menutup mata terhadap sejumlah laporan mengenai kualitas produk MBG yang beredar di lapangan. Meskipun secara statistik jumlah kasus relatif kecil, hal ini cukup menjadi perhatian. Ia menekankan pentingnya penanganan cepat bila ditemukan produk yang tidak layak konsumsi.
“Kita harus jaga betul kualitasnya. Jangan sampai ada kasus keracunan, meskipun jumlahnya kecil. Bagi saya, satu siswa saja yang terdampak sudah terlalu banyak,” ujarnya dengan tegas.
Selain aspek kesehatan, Dedi juga menyinggung soal etika. Ia menyatakan bahwa guru memiliki posisi terhormat di masyarakat sebagai pendidik dan teladan. Karena itu, mengambil hak murid dalam program MBG dinilai tidak pantas dan bisa merusak kepercayaan publik.
Respon masyarakat terhadap sikap Dedi cukup beragam, namun sebagian besar mendukung langkah tersebut. Banyak orang tua murid merasa lebih tenang jika ada pengawasan ketat yang memastikan program tepat sasaran. “Kalau guru ikut ambil, anak-anak jadi berkurang jatahnya. Ini kan jelas tidak adil,” kata seorang wali murid di Bandung.
Dengan langkah ini, diharapkan ke depan program MBG benar-benar bisa menjadi sarana efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui perbaikan gizi siswa. Guru pun diharapkan tetap fokus pada peran utama mereka sebagai pendidik, sementara kebutuhan gizi siswa tetap menjadi prioritas utama pemerintah.