Kalimantan Selatan Tenggelamkan Rumah Ikan Buatan untuk Pulihkan Ekosistem Laut
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) terus menunjukkan komitmennya dalam menjaga kelestarian lingkungan laut. Salah satu inovasi yang kini dilakukan secara berkelanjutan adalah penenggelaman rumah ikan buatan atau artificial reef di berbagai titik perairan provinsi tersebut. Langkah ini menjadi strategi jangka panjang untuk memperbaiki kondisi ekosistem bawah laut yang terdegradasi.
Rumah ikan buatan adalah struktur yang dirancang menyerupai habitat alami biota laut seperti terumbu karang. Struktur ini menjadi tempat tinggal, berkembang biak, serta berlindung bagi berbagai jenis ikan dan organisme laut lainnya. Dengan menenggelamkan rumah ikan di wilayah perairan yang rusak atau minim habitat alami, diharapkan proses regenerasi ekosistem laut dapat berjalan lebih cepat.
Menurut Kepala DKP Kalimantan Selatan, program penenggelaman rumah ikan bukan sekadar proyek fisik, tetapi bagian dari visi jangka panjang untuk mendukung kelestarian sumber daya kelautan sekaligus menjaga keberlangsungan ekonomi masyarakat pesisir, terutama nelayan tradisional.
“Banyak perairan kita yang terancam akibat aktivitas manusia seperti penangkapan ikan berlebihan, pencemaran, serta kerusakan terumbu karang. Dengan adanya rumah ikan buatan ini, kita berupaya menciptakan kembali habitat yang layak bagi biota laut,” ujar salah satu perwakilan DKP Kalsel.
Program ini telah dilakukan di beberapa kawasan perairan potensial, termasuk daerah yang sebelumnya mengalami penurunan jumlah populasi ikan. Rumah-rumah ikan yang ditenggelamkan biasanya terbuat dari bahan ramah lingkungan seperti beton, ban bekas, atau bahan daur ulang lain yang tidak mencemari laut. Lokasi penenggelaman juga telah melalui kajian ekologi untuk memastikan keberhasilannya secara berkelanjutan.
Para nelayan lokal menyambut baik inisiatif ini. Menurut mereka, dalam beberapa bulan setelah rumah ikan ditenggelamkan, sudah mulai terlihat aktivitas ikan yang kembali menghuni perairan sekitar. Hal ini secara langsung berdampak pada peningkatan hasil tangkapan mereka.
“Dulu daerah sini agak sepi ikannya, tapi setelah dipasang rumah ikan, sekarang lebih sering dapat ikan. Kami jadi semangat melaut lagi,” kata Syaiful, nelayan di kawasan pesisir Tanah Laut.
Lebih dari sekadar pemulihan lingkungan, program ini juga berdampak secara sosial dan ekonomi. DKP mencatat bahwa dengan meningkatnya populasi ikan, kesejahteraan nelayan pun ikut terdongkrak. Apalagi, rumah ikan ini turut menciptakan potensi baru di sektor pariwisata bahari, seperti wisata snorkeling dan diving yang mengincar spot-spot bawah laut yang unik.
Selain penenggelaman rumah ikan, DKP Kalsel juga gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat pesisir tentang pentingnya menjaga kelestarian laut. Edukasi ini mencakup larangan penggunaan alat tangkap destruktif seperti bom ikan dan racun, serta pentingnya menjaga kebersihan laut dari sampah plastik.
Pemerintah juga menggandeng berbagai pihak, mulai dari akademisi, LSM, hingga komunitas penyelam lokal untuk memastikan pengawasan terhadap rumah ikan yang telah ditenggelamkan. Monitoring berkala dilakukan guna mengukur efektivitas program dan mengevaluasi langkah-langkah ke depan.
Harapannya, program rumah ikan ini bukan hanya bermanfaat dalam jangka pendek, tetapi mampu menciptakan perubahan ekologi dan sosial yang positif secara jangka panjang. Dengan terus diperluas ke lebih banyak wilayah pesisir di Kalimantan Selatan, rumah-rumah ikan ini akan menjadi simbol pemulihan dan ketahanan ekosistem laut yang menghidupi banyak warga.
“Laut bukan hanya sumber pangan, tapi juga masa depan. Jika kita jaga dari sekarang, anak cucu kita pun masih bisa menikmati kekayaan yang sama,” tutup pejabat DKP Kalsel dalam pernyataannya.