Gelombang Aksi Demo Ojol: Dari Istana Kepresidenan hingga Gedung DPR RI
Fenomena demo yang dilakukan oleh para pengemudi ojek online (ojol) kembali menjadi sorotan publik. Hari ini, ribuan driver dari berbagai daerah berkumpul di titik-titik strategis ibu kota Indonesia, termasuk Istana Kepresidenan dan Gedung DPR RI. Aksi ini bukanlah yang pertama, tetapi menjadi salah satu unjuk rasa terbesar dalam beberapa tahun terakhir karena melibatkan massa yang cukup besar dengan tuntutan yang dianggap sangat krusial.
Isu utama dalam demonstrasi kali ini adalah ketidakpuasan para driver ojol terhadap kebijakan tarif dan sistem potongan aplikasi. Para pengemudi menilai, meskipun jumlah order meningkat, pendapatan yang diterima justru menurun akibat potongan komisi yang semakin tinggi. Tidak hanya itu, persoalan lain seperti perlindungan sosial, keamanan kerja, serta status hubungan kerja antara driver dan perusahaan aplikasi turut diangkat dalam orasi.
Di kawasan Istana Kepresidenan Indonesia, para driver mendesak pemerintah untuk lebih serius menanggapi aspirasi mereka. Mereka membawa spanduk, poster, serta pengeras suara untuk menyampaikan tuntutan agar Presiden turun tangan langsung. Salah satu poin penting yang mereka dorong adalah revisi regulasi terkait ojek online agar lebih berpihak kepada pekerja.
Sementara itu, di Gedung DPR RI, ribuan pengemudi meminta wakil rakyat mendengarkan keluhan mereka secara langsung. Beberapa perwakilan driver berusaha masuk ke dalam gedung untuk melakukan audiensi. Mereka berharap DPR dapat menekan pemerintah dan perusahaan aplikasi agar memberikan kejelasan soal regulasi dan perlindungan hukum yang lebih pasti.
Situasi di lapangan cukup kondusif meski terjadi kemacetan di beberapa ruas jalan utama. Aparat kepolisian diturunkan dalam jumlah besar untuk menjaga ketertiban dan mengatur lalu lintas. Sejumlah warga sekitar yang terganggu oleh arus lalu lintas pun mengaku memahami, karena menurut mereka tuntutan ojol memang masuk akal.
Jika melihat ke belakang, tuntutan ini sebenarnya sudah sering digaungkan. Namun, para driver merasa kebijakan yang ada belum memberikan perubahan signifikan. Oleh karena itu, mereka menilai aksi turun ke jalan menjadi jalan terakhir untuk memperjuangkan hak-hak mereka.
Demo besar-besaran ini sekaligus menjadi pengingat bahwa transportasi berbasis aplikasi sudah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Indonesia terutama DKI Jakarta, sehingga persoalan kesejahteraan para pengemudi tidak bisa dianggap sepele. Jika tidak segera ditangani, bukan tidak mungkin gelombang aksi akan semakin meluas.