Hari Perempuan Internasional, Koalisi Perempuan Kalteng Kampanyekan Kedaulatan Pangan Perempuan
Memperingati Hari Perempuan Internasional, Koalisi Perempuan Kalteng kampanyekan kedaulatan pangan perempuan di Palangkaraya.
Koalisi perempuan Kalimantan Tengah (Kalteng) menggelar perayaan dalam rangka Hari Perempuan Internasional atau International Woman’s Day yang diperingati setiap tanggal 8 Maret.
Dengan mengangkat tema “Wujudkan Kedaulatan Pangan Perempuan”. Acara ini bertujuan mengampanyekan pentingnya peran serta perempuan dalam ketahan pangan, khususnya di wilayah Kalteng.
“Memperingati Hari Perempuan Internasional, kami dari koalisi perempuan Kalteng sepakat untuk mengangkat tema tersebut. Jadi momentum hari ini adalah kesempatan kami mengampanyekan dan memperjuangkan tentang kedaulatan pangan, khususnya bagi perempuan di Kalteng,” ungkap Suari Rosalia, sebagai panitia sekaligus bagian Komunitas Palangkaraya Ecological dan Human Rights Studies (Progress).
Kegiatan tersebut digelar di Taman Pasuk Kameloh, Jalan S.Parman Palangkaraya, itu merupakan kerja sama dari sejumlah lembaga, komunitas maupun yayasan.
Antara lain, Save Our Borneo, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalteng, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Palangkaraya, Solidaritas Perempuan Mamut Menteng, Serikat Perempuan Indonesia (Seruni) Kalteng, Progress, dan Justice, peace, and Integrity of Creation (JPIC) Kalimantan.
Suari menjelaskan, tema ini mereka angkat karena menilai sekarang di Kalteng sudah terlalu banyak perusahaan besar dan investasi yang masuk.
Seiring dengan itu, kearifan lokal masyarakat semakin terkikis, termasuk dalam hal kedaulatan pangan.
“Maka dari itu, kami berusaha memperjuangkan supaya bisa mempertahankan kearifan lokal, khususnya tentang kedaulatan pangan,” ujarnya.
Dilanjutkan oleh rekannya, Winda menerangkan jika berbicara tentang kedaulatan pangan, sebetulan perempuan adat dari dulu telah memiliki pengetahuan dan inisiatif dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang berhubungan dengan pangan.
Contohnya, tanaman padi yang hasil panennya bisa untuk memenuhi kebutuhan pangan selama 3 tahun, ketika digarap sesuai kearifan lokal.
Sementara, sekian macam program pemerintah terkait ketahanan pangan belum bisa mewujudkan hal serupa.
“Kami merasa ada ketimpangan antara cara kearifan lokal dengan program pemerintah. Di mana masyarakat adat, khususnya perempuan adat memiliki inisiatif dan pengetahuan dalam pengelolaan pangan yang melimpah dan turun temurun,” tutur Ketua Badan Eksekutif Komunitas Solidaritas Perempuan Mamut Menteng tersebut.
Disisi lain, hadirnya proyek-proyek dari KLHK yang mengatasnamakan SDA dan pangan, justru menghancurkan dan menghilangkan kearifan lokal.
Sementara, menurutnya kearifan lokal telah memberikan bukti nyata perempuan berdaulat atas pangan.
Hal lain yang disayangkannya, pemerintah tidak melibatkan kaum perempuan adat dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan.
Padahal, seharusnya pemerintah justru perlu berkonsultasi dengan perempuan adat maupun masyarakat adat.
Sebab, perempuan adat inilah yang memiliki inisiatif dan pengetahuan mengelola SDA dan sumber pangan sesuai kearifan lokal.
“Tapi malah modul-modul dari luar Kalteng yang dibawa kesini dan akhirnya gagal. Saya sebut gagal karena belum ada yang mencetus program mereka berhasil,” imbuhnya.
Pada peringatan Hari Perempuan Internasional ini, Winda pun menyuarakan aspirasi para perempuan adat agar pemerintah bisa melibatkan dan memastikan perempuan terlibat dan memberi masukan dalam program ketahanan pangan agar bisa tercapai.
“Pemerintah harus mengundang perempuan, mengajak diskusi, dan bertanya bagaimana pola pertanian yang turun temurun dilakukan, karena kalau bicara kedaulatan pangan mereka jagonya,” pungkasnya.
Terakhir, Winda mengajak seluruh perempuan di Kalteng, maupun Indonesia pada umumnya, agar harus lebih cerdas dan berani bicara, menyuarakan aspirasi serta berjuang atas ketidakadilan dalam bentuk apapun. Termasuk, dalam pengambilan SDA dan konflik agraria di daerah masing-masing.
Sementara, acara peringatan Hari Perempuan Internasional kala itu diwarnai dengan pertunjukan musik, pembacaan puisi, dan pertunjukan drama yang mengangkat kerusakan alam akibat invasi perusahan besar serta perjuangan masyarakat dalam melawan ketidakadilan tersebut.
Selain itu, ada bazaar kecil-kecilan yang menjual berbagai hasil pertanian, buah-buah hutan khas Kalimantan, kerajinan tangan, hingga produk makanan dengan bahan khas daerah. (*)
Pertunjukan tari tradisional mewarnai peringatan Hari Perempuan Internasional di Kalteng, Minggu (12/03/2023).
Panitia penyelenggara peringatan Hari Perempuan Internasional 2023 di Kalteng, Suari Rosalia dan Winda.
source: kalteng.tribunnews.com