Insiden Mencekam: Beruang Madu Serang Pekerja Sawit di Kalimantan Tengah, Begini Kronologinya
Kalimantan Tengah — Sebuah insiden mengejutkan terjadi di areal perkebunan sawit milik perusahaan swasta di Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, ketika seekor beruang madu (Helarctos malayanus) secara tiba-tiba menyerang seorang pekerja yang tengah memanen buah sawit. Kejadian ini sontak membuat geger para pekerja dan warga sekitar, mengingat serangan satwa liar seperti ini sangat jarang terjadi di kawasan tersebut.
Korban, seorang pria berusia 36 tahun bernama Sutarman, mengalami luka cukup serius di bagian tangan dan punggung akibat cakaran dan gigitan beruang. Beruntung, nyawanya berhasil diselamatkan setelah rekan-rekannya memberikan pertolongan pertama dan segera membawanya ke fasilitas kesehatan terdekat.
Kronologi Kejadian
Peristiwa itu terjadi pada Senin pagi, sekitar pukul 07.30 WIB. Menurut keterangan saksi mata yang juga rekan korban, Sutarman sedang berada di blok panen sendirian saat tiba-tiba seekor beruang madu muncul dari semak belukar dan langsung menerkamnya dari belakang.
“Kami mendengar teriakan minta tolong. Saat kami datangi, dia sudah berlumuran darah dan beruangnya masih berada di dekat situ,” kata Joko, salah satu rekan korban. Mereka kemudian berteriak dan mengusir hewan tersebut menggunakan kayu dan suara keras, hingga beruang akhirnya lari ke hutan.
Korban langsung dilarikan ke puskesmas terdekat di Kecamatan Hanau dan kemudian dirujuk ke rumah sakit di Sampit untuk penanganan lebih lanjut. Saat ini kondisinya sudah mulai membaik meski masih harus menjalani perawatan intensif.
Reaksi Cepat dari Pihak Perusahaan dan BKSDA
Manajemen perusahaan tempat korban bekerja menyatakan keprihatinannya atas insiden tersebut dan memastikan seluruh biaya pengobatan korban akan ditanggung sepenuhnya. Mereka juga segera menghubungi pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah untuk menindaklanjuti kejadian ini.
Petugas dari BKSDA langsung turun ke lokasi pada hari yang sama guna melakukan penyisiran dan memasang kamera jebak (camera trap) untuk memantau keberadaan satwa tersebut.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah II BKSDA Kalimantan Tengah, Eko Santoso, mengungkapkan bahwa berdasarkan laporan dan jejak di lokasi, beruang madu yang menyerang kemungkinan besar merasa terancam atau tengah melindungi wilayah teritorialnya.
“Ini habitat asli mereka, dan kemungkinan besar kawasan tempat serangan terjadi merupakan jalur jelajah satwa tersebut. Ketika merasa terganggu, mereka bisa menjadi agresif,” jelas Eko.
Ia menambahkan bahwa konflik manusia dan satwa liar cenderung meningkat seiring dengan menyempitnya kawasan hutan akibat ekspansi perkebunan dan pemukiman.
Satwa Dilindungi yang Terancam
Beruang madu merupakan spesies yang dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta termasuk dalam daftar Appendix I CITES dan status “Rentan” (Vulnerable) oleh IUCN. Populasinya terus menurun karena hilangnya habitat, perburuan ilegal, dan konflik dengan manusia.
BKSDA mengimbau masyarakat, khususnya yang tinggal di sekitar kawasan hutan atau perkebunan, untuk lebih waspada dan tidak melakukan tindakan yang membahayakan satwa liar, apalagi sampai memburu atau membunuhnya.
“Jika bertemu beruang madu atau satwa liar lainnya, segera jauhi dengan tenang, jangan membuat gerakan tiba-tiba, dan hubungi kami secepatnya,” tegas Eko.
Perlu Mitigasi Konflik Manusia dan Satwa
Kejadian ini kembali menyoroti pentingnya strategi mitigasi konflik antara manusia dan satwa liar, terutama di kawasan perbatasan antara hutan dan lahan pertanian atau perkebunan. Ahli ekologi dari Universitas Palangka Raya, Dr. Hendra Taufik, menyarankan perlunya buffer zone atau kawasan penyangga yang dilindungi antara areal industri dan habitat satwa.
“Ekspansi manusia ke wilayah hutan membuat ruang hidup satwa semakin sempit. Jika tidak ada solusi berbasis konservasi dan tata ruang yang baik, konflik seperti ini akan terus berulang,” jelasnya.
Ia juga mendorong agar perusahaan-perusahaan di sektor perkebunan wajib menjalankan studi AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) secara serius dan menyertakan rencana mitigasi konflik satwa sebagai bagian dari operasionalnya.
Kesadaran dan Edukasi adalah Kunci
Pihak berwenang juga tengah merancang program edukasi kepada masyarakat setempat, khususnya para pekerja di lapangan, agar lebih siap menghadapi potensi konflik dengan satwa liar. Termasuk cara evakuasi, tindakan darurat, hingga pelaporan yang tepat ke instansi berwenang.
Sementara itu, Sutarman yang menjadi korban berharap tidak ada lagi kejadian serupa menimpa rekan-rekannya. “Saya kaget dan trauma. Tapi saya juga sadar kita sedang masuk ke rumah mereka. Harapannya, kita bisa bekerja dengan lebih hati-hati dan lingkungan tetap dijaga,” ujarnya dengan suara lemah dari tempat tidur rumah sakit.
Penutup
Kejadian serangan beruang madu ini menjadi peringatan serius bahwa pembangunan dan aktivitas manusia harus tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan habitat satwa. Manusia dan alam bisa hidup berdampingan — asal ada kesadaran, regulasi yang adil, dan langkah konkret dalam konservasi.
