Jakarta Mengincar Status Kota Global: Pemerintah Dorong Kota Layak Huni, Lompatan Inovasi, dan Partisipasi Warga
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memancang sasaran ambisius: masuk jajaran 50 kota global pada 2030 dan 20 kota global pada 2045. Target itu dinilai realistis—dengan syarat Jakarta lebih dulu memastikan diri sebagai kota yang nyaman dihuni. Demikian benang merah diskusi “Road to Congress of Indonesian Diaspora 8” di Balai Kota Jakarta, Kamis (10/7/2025), yang menghadirkan pakar perkotaan, diaspora, dan pejabat pemda.
Dua Jalur Pembangunan: Memperbaiki Fondasi Sambil Melompat
Bambang Susantono—Kepala Cities and Local Government Institute sekaligus mantan Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara—menegaskan perlunya “double track” pembangunan:
Menuntaskan kebutuhan dasar & masalah laten
Kemacetan kronis, banjir, kualitas udara, perumahan kumuh
Akses merata ke air bersih, kesehatan, pendidikan, dan jaring pengaman sosial
Penerapan konsep “kota 15 menit” agar kebutuhan harian bisa dicapai dengan berjalan kaki, bersepeda, atau transportasi publik ramah lingkungan.
Lompatan inovasi & teknologi
Adopsi kecerdasan buatan, big data, dan Internet of Things untuk tata kelola kota
Ekosistem ekonomi kreatif dan digital guna menarik investasi global
Optimalisasi diaspora Indonesia sebagai katalis riset dan talenta.
“Perbaiki fondasi sambil berinovasi cepat. Tanpa keduanya berjalan beriringan, gelar kota global akan sulit dicapai,” tegas Bambang.
Pelajaran dari Dunia: Apa yang Bisa dan Tidak Bisa Dicontoh
Kisah sukses Shenzhen—yang bertransformasi dari kota monosentris menjadi polisentris—menunjukkan pentingnya pemerataan pusat kegiatan agar transportasi efisien. Sebaliknya, Brasilia memberi peringatan soal melonjaknya permukiman kumuh karena pasokan hunian terjangkau terlambat disiapkan.
Pengamat tata kota Marco Kusumawijaya mengingatkan, Jakarta pernah menjadi pelopor perbaikan kampung pada era Gubernur Ali Sadikin. Dengan 25 ribu unit rusun—setengah dari total nasional—modal inovasi perumahan Jakarta sesungguhnya kuat. “Yang dibutuhkan, kolaborasi nyata pemda dan warga agar kekumuhan hilang tanpa mematikan kampung kota,” ujarnya. Kampung Akuarium dinilai contoh sukses skema koperasi warga untuk meremajakan lingkungan tanpa menggusur komunitas.
Potensi Budaya dan Kreatif: Revitalisasi TIM Jadi Batu Loncatan
Di bidang seni, Jakarta punya warisan panjang tetapi terkendala minimnya ruang ekspresi. Revitalisasi Taman Ismail Marzuki dianggap angin segar yang bisa mengembalikan citra kota sebagai pusat seni Nusantara—syarat penting dalam Global Cities Index bagian “cultural experience”.
Tantangan Peringkat Global City Index
Bappeda DKI melalui delapan buku kajian (rise20) memetakan tren menurun Jakarta pada Indeks Kota Global 2015‑2024, terutama:
Sumber Daya Manusia (talent) – skor turun karena keterbatasan akses pendidikan unggul dan minimnya kebijakan menarik ekspatriat.
Partisipasi publik & akses informasi – warga belum optimal terlibat dalam pengambilan keputusan.
Sebaliknya, dimensi pengalaman budaya masih relatif kuat, meski kota lain—Doha dengan investasi destinasi budaya, kota‑kota Tiongkok via beasiswa agresif—bergerak lebih cepat.
Atika Nur Rahmania (Kepala Bappeda) menegaskan, momentum menuju ulang tahun Jakarta ke‑500 dua tahun lagi penting untuk “lompatan kolosal”. Ia menyebut program Kartu Jakarta Pintar Plus, Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul, dan penebusan ijazah tertahan—total 6.652 ijazah—sebagai upaya menutup kesenjangan pendidikan.
Dukungan Infrastruktur & Kebijakan
Gubernur Pramono Anung—didampingi Wakil Gubernur Rano Karno—memprioritaskan:
Transportasi Terpadu: perluasan MRT, LRT, BRT listrik, dan jaringan sepeda.
Pengendalian Banjir: naturalisasi sungai dan sistem deep tunnel guna mengurangi limpasan air.
Udara Bersih: perluasan Low Emission Zone, elektrifikasi kendaraan umum, penanaman 1 juta pohon urban.
Transformasi Digital: platform Jakarta One terpadu untuk layanan publik dan open data.
Langkah tersebut diharapkan mendongkrak kepuasan warga, yang saat ini—menurut survei internal—baru menembus 55‑60 persen untuk pelayanan transportasi dan perumahan. Haryo Damardono (Pemred Kompas) mengingatkan, capaian itu terlampau kecil jika dibanding laju rival regional.
300 Kata Tambahan: Masa Depan Jakarta dalam Perspektif Green & Blue Economy
Mitigasi Krisis Iklim
Jakarta perlu mempercepat adaptasi pesisir: sabuk hijau mangrove, peninggian tanggul laut, dan kebijakan zoning bangunan tahan banjir. Sebagai kota delta, skenario kenaikan muka laut 30 – 60 sentimeter pada 2050 harus diantisipasi.
Ekonomi Biru (Blue Economy)
Teluk Jakarta—setelah rehabilitasi ekosistem—berpotensi menjadi pusat logistik hijau, wisata bahari, dan riset maritim. Pelabuhan muat turun karbon bisa membuka 50 ribu lapangan kerja baru.
Circular Economy
Target 60 persen sampah terolah pada 2030 dapat tercapai melalui kompos kota, waste‑to‑energy, dan extended producer responsibility. UMKM pengolah limbah plastik diperkirakan menambah kontribusi PDRB sebesar Rp 7 triliun per tahun.
Ekosistem Riset & Startup
Zona inovasi “Jakarta Tech Corridor”—dari Kuningan, Pasar Rumput, hingga Senayan—dirancang meniru Silicon Docks (Dublin) dengan insentif pajak riset dan visa talenta global. Tujuan: 5.000 startup aktif, valuasi US$50 miliar, dan 250.000 pekerjaan digital pada 2035.
Smart Governance
Digital twin Jakarta akan memodelkan lalu lintas, jaringan air, hingga pola pemukiman real‑time. Kebijakan berbasis data (evidence‑based policy) diyakini menghemat APBD Rp 10 triliun per tahun lewat efisiensi proyek.
Kesimpulan
Jakarta memiliki peluang besar menjadi “global city” asalkan:
Fondasi livability—transportasi, air bersih, udara sehat, perumahan—dituntaskan dengan partisipasi warga.
Lompatan inovatif—teknologi, budaya kreatif, ekonomi hijau, dan pengembangan talenta—didorong secara agresif dan simultan.
Visi terpadu dituangkan dalam tata ruang jangka panjang yang jelas, transparan, dan konsisten.