Kasus Ojol Tewas, Danyon Brimob Kompol Cosmas Dipecat Polri
Kepolisian Republik Indonesia (Polri) akhirnya mengambil langkah tegas terhadap Danyon Brimob Kompol Cosmas, yang terlibat dalam insiden tragis menewaskan seorang pengemudi ojek online (ojol) bernama Affan. Insiden ini memicu sorotan tajam publik, terutama setelah rekaman video kejadian tersebut beredar luas di media sosial dan menjadi viral.
Awal Mula Peristiwa
Kejadian bermula saat berlangsung aksi unjuk rasa di kawasan perkotaan yang cukup padat. Kompol Cosmas diketahui sedang mengendarai kendaraan taktis (rantis) Brimob untuk melakukan pengamanan. Namun, dalam situasi yang penuh tekanan tersebut, kendaraan yang ia kendalikan justru melindas seorang pengemudi ojek online, Affan, hingga tewas di tempat.
Momen tragis itu terekam kamera warga. Video memperlihatkan rantis Brimob melintas di jalur yang ramai dan tak mampu menghindari keberadaan korban. Peristiwa itu pun menyulut kemarahan masyarakat, khususnya komunitas ojek online yang merasa kehilangan salah satu rekan mereka.
Gelombang Reaksi Publik
Tak butuh waktu lama, kabar meninggalnya Affan tersebar cepat melalui media sosial. Netizen ramai-ramai menuntut pertanggungjawaban Polri atas insiden tersebut. Hashtag yang menuntut keadilan bagi korban sempat menjadi trending di berbagai platform.
Lembaga swadaya masyarakat, aktivis hak asasi manusia, serta komunitas ojol ikut bersuara. Mereka menilai kasus ini bukan sekadar kelalaian, melainkan bentuk pelanggaran serius terhadap keselamatan warga sipil.
Pemeriksaan Internal Polri
Merespons derasnya tekanan publik, Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri segera turun tangan. Kompol Cosmas langsung diperiksa secara intensif terkait insiden itu. Dari hasil penyelidikan internal, ditemukan indikasi kelalaian berat serta pelanggaran prosedur saat bertugas.
Berdasarkan rekomendasi tim pemeriksa, pimpinan Polri memutuskan untuk menjatuhkan sanksi pemberhentian tidak dengan hormat (PTDH) kepada Kompol Cosmas. Keputusan ini diumumkan melalui konferensi pers resmi, menandai berakhirnya karier Cosmas di institusi kepolisian.
Pernyataan Pihak Polri
Dalam keterangan resminya, pejabat Polri menegaskan bahwa pemecatan tersebut adalah bentuk komitmen Polri untuk bersikap tegas terhadap anggotanya yang melanggar aturan dan mencoreng nama baik institusi.
“Peristiwa yang menewaskan seorang warga sipil tidak bisa ditolerir. Polri menyampaikan duka cita kepada keluarga korban. Kami memastikan bahwa setiap pelanggaran berat oleh anggota akan ditindak sesuai aturan. PTDH terhadap Kompol Cosmas adalah langkah tegas kami demi menjaga kepercayaan masyarakat,” ujar perwakilan Polri.
Tuntutan Proses Hukum
Meski pemecatan sudah dijatuhkan, sebagian pihak menilai sanksi tersebut belum cukup. Komunitas ojol bersama sejumlah aktivis HAM mendesak agar kasus ini dilanjutkan ke ranah hukum pidana. Menurut mereka, kehilangan nyawa tidak bisa hanya ditebus dengan sanksi disiplin internal.
“Pemecatan adalah langkah awal yang baik, tapi keadilan sejati baru bisa ditegakkan jika pelaku juga diproses di pengadilan,” kata salah satu perwakilan komunitas ojol.
Suara Keluarga Korban
Keluarga Affan hingga kini masih diliputi duka mendalam. Mereka mengaku lega mendengar kabar bahwa pelaku telah dipecat, tetapi tetap berharap ada proses hukum lebih lanjut.
“Kami berterima kasih karena ada tindakan dari Polri. Tapi kami ingin keadilan penuh. Anak kami meninggal bukan karena kesalahan dia, tapi karena kelalaian aparat. Kami hanya ingin kebenaran ditegakkan,” ujar perwakilan keluarga dengan nada sedih.
Dampak bagi Polri
Kasus ini menjadi tamparan keras bagi institusi Polri, yang selama ini berupaya memperbaiki citra dan meningkatkan kepercayaan publik. Para pengamat menilai, langkah tegas dengan memecat Kompol Cosmas adalah bentuk respons positif. Namun, Polri juga dituntut konsisten dalam mengawasi setiap anggotanya agar peristiwa serupa tidak terulang.
“Polri tidak boleh hanya reaktif ketika ada kasus viral. Harus ada reformasi sistemik, termasuk pelatihan dan pengawasan yang lebih ketat. Pemecatan Kompol Cosmas memang penting, tapi yang lebih penting adalah mencegah tragedi serupa di masa depan,” jelas seorang pengamat kepolisian.
Kesimpulan
Pemecatan Kompol Cosmas dari jabatannya sebagai Danyon Brimob merupakan bukti bahwa Polri mendengar suara publik dan tidak segan memberikan sanksi tegas terhadap anggotanya yang melanggar. Meski begitu, publik tetap menuntut proses hukum pidana agar korban dan keluarganya benar-benar mendapat keadilan.
Tragedi ini sekaligus menjadi pelajaran penting bagi seluruh aparat penegak hukum: menjaga keselamatan warga sipil adalah prioritas utama dalam setiap tugas lapangan. Dengan langkah tegas dan transparan, diharapkan Polri bisa mengembalikan kepercayaan masyarakat dan benar-benar menjadi pelindung rakyat.